LAPORAN
PENDAHULUAN
STROKE
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan
fungsi serebral, baik fokal, regional maupun global yang berlangsung cepat,
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (WHO). Bila
gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga
beberapa jam (kebanyakan 10–20 menit), tapi kurang dari 24 jam disebut serangan
iskemia otak sepintas (Transient Ischemia Attack/TIA). Stroke ¾ akibat
obstruktif vaskuler (Trombi/emboli), ¼ akibat hemmorhagi, penyakit hipertensi
dan hemmorrhagi intra serebral.
B. ETIOLOGI
1.
Infark otak (80 %)
®
Emboli.
2.
Perdarahan intraserebral (15 %).
®
Hypertensi.
3.
Perdarahan sub arakhnoid ( 5 %)
4.
Penyebab lain (dapat menyebabkan
infark / perdarahan).
®
Trombus sinus dura.
®
Kondisi hyperkoagulasi.
C. FAKTOR RESIKO
1.
Yang tidak dapat diubah : usia,
jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, PJK, fibrilasi
atrium, dan heterozigot untuk homosistinuria.
2.
Yang dapat diubah : Hipertensi,
diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral,
hematokrit meningkat, bruitkarotis asimtomatis, hiperuresemia dan dislipidemia.
D. FATOFISIOLOGI

1.
Aliran darah otak
2.
Fungsi otak
![]() |
Sumbatan Pembuluh darah Pecah
pembuluh darah




![]() |
Iskemik Jaringan: Aliran
darah dalam
1. Tekanan
Perfusi Rendah pembuluh
darah otak
2. P02
menurun. menambah penekanan,
3. PC02 meningkat pergeseran,
pemisahan ®


Merangsang pusat
vasomotor, Edema
otak dan herniasi

1.
Bradikardi
2.
Pernafasan lambat Meningkatkan
TIK.

3.
Gangguan Kesadaran
4.
Hemiparese/Paralisis 1. Sakit Kepala.

muntah,
perubahan
Infark
jaringan tingkat
kesadaran,

Permanen
E. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ALIRAN DARAH KE OTAK
1.
Keadaan pembuluh darah bila
menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat oleh trombus/embolus.
2.
Keadaan darah: viskositas darah
yang meningkat atau hematokrit yang meningkat
menjadikan aliran darah ke otak
menjadi lambat.
3.
Tekanan darah sistemik memegang peranan penting
sebagai tekanan perfusi ke otak.
4.
Kelainan jantung:
a.
Menyebabkan penurunan curah
jantung antara lain fibrilasi, block
jantung.
b.
Lepasnya embolus menimbulkan
iskemik di otak.
F.
KLASIFIKASI
1.
Stroke Non Haemmorhagic.
Stroke Non Haemmorhagic atau Stroke Iskemik dapat dijumpai dalam 4
bentuk klinis:
a.
Serangan Iskemik
Sepintas/Transient Ischemic Attack
(TIA).
Gejala neurologik
yang timbuk akibat gangguan
peredaran darah di otak akan menghilang
dalam 24 jam.
b.
Defisit Neurologik
Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND).
Gejala neurologikal akan
menghilang setelah timbul dalam
waktu lebih lama dari 24 jam.
c.
Stroke Progrsif/Stroke In
Evolution.
Gejala neurologik makin lama makin
hebat.
d.
Stroke Komplit/Permanent Stroke.
Gejala klinis sudah menetap.
Patologi:
Secara patologi infark dapat dibagi dalam :
a.
Trombus pembuluh darah.
b.
Emboli dari jantung.
c.
Arteritis sebagai akibat luas/ arteritis temporalis.
Iskemik dianggap sebagai gangguan suplai darah ke
otak yang membahayakan fumgsi neuron tanpa memberiperubahan yang menetap.
Infark otak timbul karena iskemik otak yang lama dan parah dengan perubahan fungsi dan struktur otak yamng irreversible gangguan aliran darah otak akan timbul perbedaan daerah jaringan otak:
a.
Pada daerah
yang mengalami hipoksia akan
timbil edema sel otak dan bila
berlangsung lama akan terjadi infark.
b.
Daerah sekitar infark timbul daerah Penumbra Iskemik dimana sedl masih hidup tetapi tidak berfungsi.
c.
Daerah diluar penumbra akan timbul edema lokal atau daerah hiperemis
berarti sel masih hidup dan masih
berfungsi.
Manifestasi Klinis:
Gejala utama GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak)
akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologis secara mendadak atau sub akut didahului gejala prodromal,
terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi. Dan biasanya
kesadaran tak menurun. Biasanya terjadi
pada usia lebih dari 50 tahun. Pada fungsi lumbal likor serebrospinal
jernih. Tekanan normal dari eritrosit
kurang dari 500 cc. Pada embolus yang cukup besar dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.
Bagi pasien
yang mengalami TIA, 1/3 akan
mengalami stroke mayor, 1/3 akan
tetap TIA, 1/3 lagi sembuh. Jika arteri karotis
dan serebral yang terkena,
gejalanya: pasien mengalami
kebutaan pada satu matanya, Hemiplegi
gangguan bicara dan kekacauan mental.
Jika arteri vertebralis, gejalanya: pening, diplopia,
kekacauan penglihatan pada satuatau
kedua bidang pandang dan disatria.
2.
Stroke Haemmorhagic.
Gejala utama adalh timbulnya defisit
neurologis secara subakut didahului gejala prodromal terjadi waktu istirahat /
bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun kecuali bila embolis cukup
besar. Bagi pasien yang mengalami TIA 1/3 akan mengalami stroke mayor, 1/3 akan
tetap TIA, 1/3 lagi sembuh.
Stroke
Hemorragic akan dibagi atas :
a.
Perdarahan intraserebral (PIS).
b.
Perdarahan subarakhnoid (PSA).
Gejala Klinis |
PIS
|
PSA |
1. Gejala Defisit Lokal
2. Onset
3. Nyeri kepala
4. Muntah pada awal
5. Hypertensi
6. Kesadaran
7. Kaku kuduk
8. Hemiparese
9. Gangguan Bicara
10. Parese/Gangguan N. III
|
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering
Hampir selalu
Biasanya hilang
Jarang
Sering sejak awal
Bisa ada
Tidak ada
|
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Biasanya tidak
Bisa hilang sebentar
Biasanya ada
Permulaan tidak ada
Jarang
Mungkin
|
G.
PERBEDAAN STROKE HEMORAGIC DAN NON HEMORRAGIC
|
PENGKAJIAN |
PERDARAHAN
|
INFARK
|
ANAMNESE
|
-
Permulaannya
-
Waktu kejadian
-
Tanda awal
-
Nyeri kepala
-
Kejang
-
Kesadaran menurun
|
Sangat akut
Penderita aktif
-
+++
+++
+++
|
Sub akut
Bangun pagi / istirahat
+ +
-
-
- / +
|
PEMERIKSAAN FISIK
|
-
Penurunan kesadaran
-
Bradikardi
-
Udema pupil
-
Kaku kuduk
-
Kernig/ Brudzinski
-
Ptosis
-
Perdarahan retina
|
+ + +
+ +
Sering +
+ +
+ + +
+ +
+ +
|
-/+
-/+
-
-
-
-
-
|
CAIRAN SEREBROSPINAL
|
-
Tekanan
-
Warna
-
Eritrosit
|
Meningkat
Merah
> 1000
|
Normal
Jernih
< 500
|
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik, seperti perdarahan,
atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi
atau ruptur.
2.
CT Scan: memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark. catatan:
mungkin tidak dengan segera menunjukan
adanya perubahan tersebut.
3.
Fungsi Lumbal: menunjukkan adanya tekanan
abnormal dan biasanya ada trombosis,
emboli serebral dan TIA. Tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya hemoragik subaraknoid
atau perdaraha intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
trombosis sehubungan dengan adanya
proses inflamasi.
4.
MRI: menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, malformasi arterivena (MAV).
5.
Ultrasonografi Doppler:
mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis (aliran darah/muncul plak), arteriosklerotik).
6.
EEG: mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7.
Sinar X tengkorak: menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; kalsifikasi karotis
interna terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subaraknoid.
I. PENGOBATAN
1.
Stroke Non Haemmorhagic :
antikoagulasi/antiplatelet, anti oedema.
2.
Stroke Haemmorhagic:
antifibrinotik, anti oedema.
Terafi preventif :
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru
GPDO dengan jalan menghindari
faktor-faktor resiko seperti:
1.
Pengobatan hypertensi.
2.
Mengobati Diabetes Melitus.
3.
Menghindari rokok, obseitas,
stress.
4.
Berolah raga teratur.
J.
REHABILITASI
GPDO merupakan penyebab utama
kecacatan pada usia diatas 45 tahun,
maka yang paling penting pada usia ini
adalah membatasi sejauh mungkin
kecacatan penderita, fisik dan mental
dengan fisioterafi, terafi wicara, dan psikoterafi.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Observasi/temuan: gejala mungkin cepat pada awitan atau membutuhkan beberapa menit atau jam untuk menunjukkan atau jam untuk menunjukkan reaksi sempurna.
1.
Perubahan tingkat kesadaran.
2.
Kehilangan sensasi dan refleks.
a.
Biasanya unilateral.
b.
Mungkin temporer atau permanen.
3.
Kelemahan umum
4.
Tonus otot spastis
atau flaksid.
5.
Besar pupil tak sama.
6.
Ptosis kelopak mata.
7.
Defisit visual.
a.
Penglihatan ganda.
b.
Kehilangan penglihatan parsial.
8.
Mulut turun.
9.
Peningkatan TD.
10. Paralisis: unilateral
atau bilateral.
11. Disfungsi komunikasi:
a.
Afasia sensori dan motorik.
b.
Apraksia.
c.
Agnosa.
12. Disfagia
13. Inkontinensia kandung kemih dan usus.
14. Mual dan muntah.
15. Desiran: karotis, femoral,
arteri iliaka atau aorta abdomen.
B.
POTENSIAL KOMPLIKASI
1.
Peningkatan TIK.
2.
Hernia.
3.
Aspirasi atelektasis.
4.
Gagal pernafasan.
5.
AKTIFITAS KEJANG.
6.
Disritmia jantung.
7.
Mal nutrisi.
8.
Kontraktur, Ankilosis
C. PENATALAKSANAAN MEDIS:
1.
Bantuan kepatenan jalan nafas.
2.
Tirah baring.
3.
Penatalaksanana cairan dan
nutrisi.
4.
Obat-obatan:
a.
Anti Hipertensi
b.
Anti Fibrinolitik.
c.
Anti Spasmodik
d.
Anti Konvulsan.
e.
Anti Piretik.
f.
Kortikosteroid.
5.
EKG dan pemantauan jantung.
6.
Hipotermia.
7.
Pantau TIK.
8.
Pemasangan kateter indelwelling.
9.
Rehabilitasi neurologis.
D. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Resiko tinggi terhadap perubahan
perfusi jaringan yang berhubungan dengan
gangguan aliran darah serebral hemorragi, peningkatan TIK.
Intervensi :
a.
Tingkatkan aliran darah dari
kepala, tingkatkan bagian kepala tempat tidur.
b.
Minimalkan tindakan yang
meningkatkan tekanan intra abdomen dan thoraks.
c.
Pertahankan normotensi.
d.
Pantau peningkatan TD, penurunan
nadi, penurunan napas,muntah, sakit kepala, papil edema yang berakibat
herniasi.
e.
Cegah konstipasi.
f.
Pantau status neurologis
(kesadaran, pupil, vital sign).
2.
Resiko tinggi terhadap cidera yang berhubungan dengan aktivitas
kejang, perubahan proses pikir, immobilitas, kerusakan mekanisme perlindungan
diri, penurunan motorik, penurunan kesadaran, disfagia, penurunan inspirasi.
Intervensi :
a.
Tingkatkan kewaspadaan, palang
tempat tidur, tempat tidur posisi rendah, tong spatel, suction disamping.
b.
Observasi dan antisipasi kejang.
c.
Bantu dalam ambulasi.
d.
Ajarkan tindakan perlindungan
diri.
e.
Nilai reflek menelan, batuk
sebelum memberi cairan dan makanan.
f.
Libatkan keluarga dalam menilai
lingkungan rumah terhadap bahaya dan ajarkan tindakan saat kejang.
3.
Perubahan proses berpikir yang
berhubungan dengan Stroke hemisfer kiri.
Intervensi :
a.
Lakukan rehabilitasi neurologis,
Terapi Akupasi, pikir, kognitif dan bicara.
b.
Dorong untuk perbaikan komunikasi.
c.
Bicara pelan terhadap pasien.
d.
Bantu penjadwalan dan
penyelarasan.
e.
Orientasi terhadap lingkungan.
f.
Perawatan pada bidang penglihatan
kiri.
4.
Perubahan proses pikir yang
berhubungan dengan stroke hemisfer kanan.
Intervensi :
a.
Lakukan rehabilitasi neurologis.
b.
Tingkatkan kesadaran tubuh dan
lingkungan sesuai yang sakit.
c.
Sederhanakan tugas.
d.
Penambahan petunjuk non verbal.
e.
Dukungan emosional.
f.
Penyuluhan periode sakit.
g.
Orientasi lingkungan.
h.
Penggunaan catatan hal-hal yang
harus diingat.
5.
Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kelemahan otot menelan, kekacauan
mental.
Intervensi :
a.
Catat jumlah kalori.
b.
Konsultasi diet.
c.
Beri makann lewat selang.
d.
Observasi tanda-tanda kurang
nutrisi.
6.
Resiko tinggi kerusakan mobilitas
fisik yang berhubungan dengan hemiparese, hemiplegi, kontraktur, nyeri,
perubahan kesadaran, drop foot, atropi otot.
Intervensi :
a.
ROM aktif dan pasif.
b.
Bantu mobilisasi.
c.
Baringkan dengan posisi yang
tepat.
d.
Ubah posisi tiap 2 jam.
e.
Pelindung tumit.
f.
Latih batuk / napas dalam.
g.
Stocking elastik.
7.
Perubahan eliminasi urine dan
bowel yang berhubungan dengan lesi UMN akibat iskhemia, hemorragi, peningkatan
TIK.
Intervensi :
a.
Observasi karakteristik pola
nutrisi dan defekasi.
b.
Catat intake dan output.
c.
Gunakan urinal, kateter dan
pispot.
d.
Program bladder training.
e.
Beri makanan tinggi serat,
suppositoria/laksatif.
f.
Program toilet training.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. J DENGAN STROKE NON HAEMMORHAGIC
DI RUANG PERAWATAN KASUARI RSUD BANJARBArU
I.
DATA DEMOGRAFI
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Liang Anggang
Tanggal wawancara : 28 Mei 2004
Tanggal MRS : 22 Mei 2004
Nomor RMK :
04 03 91
Diagnosa Medis : Stroke Non Haemmorhagic
B. IDENTITAS PENANGUNG JAWAB
Nama : Tn. B
Umur : 35 tahun
Hubungan dengan
pasien : Anak
II.
POLA FUNGSIONAL
A. PERSEPSI KESEHATAN DAN
PENANGANAN KESEHATAN
1.
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh nyeri pada ulu hati, pusing, rasa kesemutan dan mengeluh
kurang tidur.
2.
Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai
PQRST):
Kurang lebih 6 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah, sakit kepala, nafsu makan menurun
dan pasien merasa bagian tubuh sebelah kiri terasa lemah disertai kejang ± 10 menit. Kemudian oleh keluarga, pasien dibawa
berobat ke mantri dan disarankan untuk dirawat di RSUD Banjarbaru. Pasien masuk
rumah sakit pukul 01.00 Wita.
3.
Penggunaan Obat Sekarang:
-
Infus RL 20 tetes/menit.
-
Ulsikur 3 x 1 ampul/IV.
-
Nootrofil 2 x 1 ampul/IV.
-
Trental 2 x ½ tablet.
-
Captopril 2 x 12,5 mg.
-
Glibenclamid 1-0-0.
-
B. Complex 3 x 1 tablet.
-
SanMag 3 x 1 tablet.
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kuang lebih 10 tahun yang lalu pasien pernah mengalami/ menderita
hypertensi dengan Tekanan Darah antara 160/100 sampai 200/120 mmHg tapi pasien
belum pernah dirawat di RS oleh karena pasien sering kontrol (memeriksakan
kesehatannya) ke puskesmas.
Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat secara
rutin ke Puskesmas.
Pasien tidak pernah menjalani prosedur tindakan bedah. Pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit pada masa anak-anak.
5.
Kebiasaan :
Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok tidak pernah
dilakukan pasien.
Riwayat pemakaian alkohol tidak pernah.
6.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang juga pernah
menderita hypertensi yaitu ibu pasien.
7.
Riwayat Sosial
Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah
baik ditandai dengan banyaknya amgota keluarga yang menuggui pasien serta
tetangga yang datang membesuk.
B. POLA NUTRISI-MATABOLIK
1.
Masukan Nutrisi Sebelum Sakit:
Frekuensi makan 3 x sehari, dengan jenis makanan: nasi
biasa, lauk pauk berupa ikan, tahu, tempe,
telur dan sayur. Jenis minuman yang diminum: air teh dan air putih. Makanan
pantangan : daging, ikan asin.
Kudapan/makanan untuk sore hari : kue.
2.
Saat Sakit
Selama dirawat di RS, frekuensi makan pasien 3 x sehari,
dengan diet BBDM. Jenis minuman air putih. Pasien mengeluh tidak ada nafsu
makan. Ditemukan adanya kesulitan menelan.
Keadaan gigi partial atau sudah banyak yang tanggal.
Pasien tidak menggunakan gigi palsu (protesa).
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir: tidak diketahui.
Riwayat penyembuhan/kulit tidak ada masalah (normal).
3.
Pemeriksaan Fisik:
a.
Pemeriksaan tanda vital
Tinggi Badan :
tidak dapat dilakukan.
Berat
Badan : tidak dapat dilakukan.
b.
Kulit
Warna kulit normal, tidak pucat, cyanosis maupun ikterik
tidak ditemukan. Suhu 36oC. turgor baik, kembali kurang dari 2
detik. Tidak ditemukan adanya edema,
lesi maupun memar. Luka tirah baring (dekubitus) tidak ditemukan.
c. Rambut dan kulit Kepala
Keadaan rambut kering dan tebal. Sebagian besar rambut
sudah mulai beruban.
d. Mulut
Keadaan kebersihan
(hygiene) mulut bersih. Keadaan gusi normal. Keadaan lidah, mucosa tampak
kering, tonsil dalam keadaan normal dan pasien dapat berbicara walaupun agak
terbata-bata. Gigi sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak memakai gigi palsu.
e. Abdomen
Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, ginjal tidak
teraba.
f.
Temuan laboratorium
Darah : Hb : 12,5 gr%.
Leukosit : 8.600/mm3.
LED : 15 mm/jam I, 28
mm/jam II.
Kimia darah :
Gula darah puasa: 152 mg/dl.
Cholesterol : 169
mg/dl.
SGOT : 36 mg/dl.
SGPT : 17 mg/dl.
Urea : 39 mg/dl.
Urea nitrogen : 17
mg/dl.
Creatinin : 1
mg/dl.
![]() |
C. POLA ELIMINASI
1.
Feses
Kebiasaan
defekasi : 1 kali sehari, selama
dirawat frekuensi BAB 1 x sehari. Masalah tidak ditemukan.
a.
Abdomen
Struktur simetris. Frekuensi bising usus : 10
x/menit (normal: 8-12 x/menit). Tidak ditemukan/teraba adanya distensi.
b.
Rektum
Tidak ditemukan adanya lesi.
2.
Urine
Pasien menggunakan alat bantu kateter. Pasien
sering tidak dapat mengontrol refleks
berkemihnya (inkontinensia refleks).
3.
Pemeriksaan Fisik
a. Ginjal
Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk tidak ada.
b. Blast
Tidak teraba adanya distensi.
D. POLA AKTIVITAS - LATIHAN
Kemampuan perawatan diri:
0 = Mandiri.
1 = Alat Bantu.
2 = Dibantu oleh orang lain.
3 = Dibantu oleh orang lain dan alat.
4 = Tergantung secara total.
AKTIVITAS
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Mandi
|
|
|
|
|
Ö
|
Berpakaian/Berhias
|
|
|
|
|
Ö
|
Toileting
|
|
|
|
|
Ö
|
Mobilitas
di TT
|
|
|
|
|
Ö
|
Berpindah
|
|
|
|
|
Ö
|
Ambulasi
|
|
|
|
|
Ö
|
Naik
tangga
|
|
|
|
|
|
Berbelanja
|
|
|
|
|
|
Memasak
|
|
|
|
|
|
Pemeliharaan
kesehatan
|
|
|
|
|
Ö
|
Penggunaan alat bantu : ada, yaitu pispot.
1.
Pemeriksaan Fisik:
a. Pernafasan/Sirkulasi:
Tekanan darah : 170/100 mmHg.
Nadi : 88 x/menit.
Respirasi : 24 x/menit.
Kualitas pernafasan normal
(reguler), tidak terdapat batuk, bunyi nafas
normal (vesikuler). Tidak ditemukan adanya kelainan berupa Wheezing,
ronchi kering maupun ronkhi basah.
b. Muskuloskeletal:
Rentang gerak pasien terbatas, terdapat hemiparetik pada ekstremitas
sinistra.


N Ú
Hipertonik pada ekstrmitas sinitra ê
lesi UMN.
Kekuatan otot :
SKALA |
KETERANGAN |
0
|
Paralisis
Total.
|
1
|
Masih ada
kontraksi.
|
2
|
Gerakan
mungkin bila gravitasi dihilangkan.
|
3
|
Gerakan dapat
melawan gravitasi.
|
4
|
Gerakan
terjadi seperti menahan. Gravitasi dan
tahanan ringan.
|
5
|
Normal
|
Tabel Skala Kekuatan Otot
Ektremitas:
-
Pemeriksaan fungsi motorik:


-
Genggaman tangan: miotonia pada
bagian kiri.
-
Pemeriksaan sistem sensorik :
- Tes
nyeri : +
-
Tes temperatur : +
- Tes
fibrasi : +
- Tes
Periposeptif : +
- Tes
Raba Halus : +
-
Tes refleks:

RF = BHR 0 Ø




BHR - - -

-
Tes Fungsi Persyarafan:
1. Kaku
kuduk : (-).
2. Tanda
kernig : (-).
3. Tanda
Brudzinski: (-).
4. Babinski : (-).
E. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
1.
Kebiasaan tidur dalam sehari ± 7-8
jam.
Tidur siang : kadang-kadang (± 1 jam).
Tidur malam :
Pukul: 22.00-05.00 (± 7 jam).
Pasien merasa segar bila bangun tidur. Masalah tidur
tidak ada.
2.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum
pasien composmentis, pasien tampak
lemah, lingkaran hitam di sekitar mata tidak ditemukan.
F. POLA KOGNITIF-KONSEPTUAL
1.
Pendengaran
Pendengaran dalam batas
normal. Dalam berkomunikasi pasien dapat mendengar pertanyaan yang diajukan
oleh perawat/dokter.
2.
Penglihatan
Mata simetris kiri dan
kanan, kebersihan mata bersih, alis mata tebal, kemampuan menggerakan alis mata
baik (normal). Konjungtiva tidak anemis, benjolan tidak teraba. Pada pupil
isokor. Reflek terhadap cahaya (+/+), tidak midriasis/miosis. Pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan berupa kaca mata.
3.
Status Mental :
Kesadaran : compos mentis,
dengan GCS: 4,5,6.
Bicara normal, pasien dapat berbicara walaupun agak terbata-bata.
Skala nyeri : sedang.
4.
Pemeriksaan Nervus I s.d XII
-
Nervus I (N. Olfactorius):
-
Nervus II (N. Optikus):
-
Nervus III, IV, VI (N. Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusent):
-
Nervus V (N. Trigeminus):
-
Nervus VII (N.
Fasialis):
-
Nervus VIII (N. Akustikus):
-
Nervus IX (N. Glossofaringeus):
-
Nervus X (N.Vagus):
-
Nervus XI (N. Asesorius):
-
Nervus XII (N. Hipoglosus):
-
G. POLA PERSEPSI/KONSEP DIRI
1.
Masalah utama mengenai perawatan
di RS / Penyakit (Finansial/perawatan):
Tidak ada masalah dalam hal finansial/perawatan karena pasien adalah
peserta ASKES.
2.
Keadaan Emosional:
Keadaan emosional pasien stabil, pasien adalah orang yang suka humor.
3.
Kemampuan adaptasi:
Pola adaptasi pasien baik,
ditandai dengan pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di RS. Pasien
sering berbagi penglaman dengan pasien lain di sebelahnya.
4.
Konsep Diri: baik.
H. POLA PERAN-HUBUNGAN
Kepedulian keluarga terhadap pasien baik ditandai dengan
adanya keluarga yang menunggui pasien selama dirawat RS dan keluarga mau
bekerjasama dalam tindakan perawatan.
I. POLA SEKSUALITAS
Tidak dikaji.
J. POLA KOPING-TOLERANSI
STRESS
1.
Kemampuan adaptasi: baik.
2.
Cara mengambil keputusan: dibantu
oleh keluarga.
3.
Kejadian terbesar
(kehilangan, PHK, cerai dan lain-lain) yang pernah dialami:
Kurang lebih 8 tahun yang lalu isteri pasien meninggal dunia.
4.
Koping terhadap masalah :
Apabila pasien mempunyai/mengalami
masalah pasien biasanya menyalurkan/mengatasi masalah tersebut dengan
cara melukis.
K. POLA NILAI-KEPERCAYAAN
Tidak ada pembatasan religius dan tidak meminta
kunjungan pemuka agama.
III. ANALISA DATA
NO.
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS: - Pasien mengatakan nyeri pada daerah mata sebelah kiri (bekas
operasi).
DO: - Post op jam 11.00 WITA.
-
Terdapat luka
operasi pada mata kiri.
-
Skelera berwarna merah
pada mata kiri.
-
Skala nyeri 3.
|
Luka/bekas operasi pada mata
kiri.
|
Nyeri akut.
|
2.
|
DS: - Pasien mengatakan nyeri pada daerah mata sebelah kiri (bekas
operasi).
DO: - Luka post op pada mata kiri.
-
Mata sering berair.
-
Skelera berwarna merah.
-
Terdapat sekret pada
mata.
|
Luka/bekas operasi pada mata
kiri.
|
Potensial infeksi.
|
3.
|
DS: - Pasien bertanya tentang bagaimana cara
perawatan setelah operasi.
DO: - Mata kadang-kadang digosok dengan kain.
|
Kurangnya pengetahuan.
|
Ketidak tahuan pasien tentang
perawatan post operasi pada mata.
|
IV. DAFTAR MASALAH
NO.
|
HARI/
TANGGAL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TANGGAL MUNCUL
|
TANGGAL TERATASI
|
TANDA TANGAN
|
1.
|
Kamis,
21-03-2002
|
Nyeri akut ber-hubungan dengan
luka/bekas operasi pada mata kiri ditandai dengan:
-
Klien mengatakan nyeri
pada mata sebelah kiri.
-
Post operasi jam 11.00
WITA.
-
Terdapat luka post
operasi pada mata kiri.
-
Skelera berwarna merah
pada mata sebelah kiri.
-
Skala nyeri 3.
|
21-03-2002
|
23-03-2002
|
|
2.
|
Kamis,
21-03-2002
|
Potensial infeksi berhubungan
dengan luka/bekas operasi pada mata kiri ditandai dengan:
-
Pasien mengatakan nyeri
pada sebelah kiri.
-
Luka post operasi pada
mata kiri.
-
Mata sering berair.
-
Skelera merah, terdapat
sekret pada mata.
|
21-03-2002
|
23-03-2002
|
|
3.
|
Kamis,
21-03-2002
|
Ketidak tahuan pasien tentang
perawatan post operasi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan ditandai
dengan:
-
Pasien bertanya
bangaimana cara perawatan setelah operasi.
-
Mata kadang-kadang
digosok dengan kain.
|
21-03-2002
|
22-03-2002
|
|
V.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO.
|
HARI/ TANGGAL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
|
||
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|||
1.
|
Kamis,
21-03-2002
|
Nyeri akut berhubungan dengan
luka / bekas operasi pada mata kiri ditandai dengan:
-
Klien mengatakan nyeri
pada mata sebelah kiri.
-
Post operasi jam 11.00
WITA.
-
Terdapat luka post
operasi pada mata kiri.
-
Skelera berwarna merah
pada mata sebelah kiri.
-
Skala nyeri 3.
|
Nyeri berkurang/ hilang dengan
kriteria:
-
Nyeri hilang.
-
Skelera tidak merah.
-
Skala nyeri 1.
|
1.
Kaji tingkat nyeri.
2.
Jelaskan bahwa nyeri dapat
terjadi sampai beberapa jam pembedahan.
3.
Ajarkan teknik relaksasi dengan
cara menarik nafas panjang.
4.
Kolaborasi obat – obatan
analgetik.
|
1.
Untuk mengetahui / identifikasi
masalah.
2.
Dapat mengurangi kecemasan yang berhubungan
dengan yang tidak diperlukan.
3.
Dapat mengurangi rasa nyeri dan
membuat pasien tenang.
4.
Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri.
|
NO.
|
HARI/ TANGGAL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA
|
||
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|||
2.
|
Kamis,
21-03-2002
|
Potensial infeksi berhubungan
dengan luka / bekas operasi pada mata kiri ditandai dengan:
-
Pasien mengatakan nyeri
pada sebelah kiri.
-
Luka post operasi pada
mata kiri.
-
Mata sering berair.
-
Skelera merah, terdapat
sekret pada mata.
|
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
-
Skelera tidak merah.
-
Mata tidak berair.
|
1.
Perhatikan teknik aseptik pada
saat penggantian verband.
2.
Anjurkan pasien jangan
menggosok-gosok matanya.
3.
Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik.
|
1.
Untuk menghindari masuknya
mikroorganisme.
2.
Mencegah terjadi infeksi.
3.
Mengurangi dan menghambat
organisme serta pertumbuhannya.
|
3.
|
Kamis,
21-03-2002
|
Ketidak tahuan pasien tentang
perawatan post operasi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan ditandai
dengan:
-
Pasien bertanya
bangaimana cara perawatan setelah operasi.
-
Mata kadang - kadang di
gosok dengan kain.
|
Pasien dapat memahami dan mengerti tata cara perawatan
mata dengan kriteria:
-
Pasien dapat mengulang
penjelasan yang diberikan dengan benar.
|
1.
Jelaskan tentang aktifitas yang
harus dilakukan :
-
Tidur miring pada mata
yang tidak sakit.
-
Hindari menggosok mata
dan menekan mata.
-
Hindari ketegangan pada
saat BAB.
-
Batasi menonton televisi.
|
-
Mencegah tekanan pada
mata yang dioperasi.
-
Mencegah iritasi.
-
Mencegah peningkatan
tekanan intraokuler.
-
Mencegah mata lelah.
|
VI. CATATAN PERAWATAN
NO.
|
HARI/ TANGGAL
|
DIAGNOSA |
IMPLEMENTASI |
TANDA TANGAN |
1.
|
Kamis,
21-03-2002
Pukul: 13.00 Wita
|
I |
1.
Mengkaji tingkat nyeri.
2.
Menjelaskan bahwa nyeri dapat
terjadi sampai beberapa jam pembedahan.
3.
Mengajarkan teknik relaksasi
dengan cara menarik nafas panjang.
4.
Berkolaborasi obat-obatan
analgetik.
Pondex 1 x 500 mg
|
|
2.
|
Kamis,
21-03-2002
Pukul:
13.30 Wita.
|
II |
1.
Memperhatikan teknik aseptik
pada saat penggantian verband.
2.
Menganjurkan pasien jangan
menggosok-gosok matanya.
3.
Berkolaborasi untuk pemberian
antibiotik:
-
Amoxan 500 mg 1 x 1
tablet.
-
Cendo Citral 1 x 2 tetes.
|
|
3.
|
Kamis,
21-03-2002
Pukul:
13.45 Wita.
|
III |
1.
Menjelaskan tentang aktifitas
yang harus dilakukan :
-
Tidur miring pada mata
yang tidak sakit.
-
Hindari menggosok mata
dan menekan mata.
-
Hindari ketegangan pada
saat BAB.
-
Batasi menonton televisi.
|
|
VII.
TATAN PERKEMBANGAN
NO.
|
HARI/ TANGGAL
|
DIAGNOSA
|
PERKEMBANGAN
|
TANDA TANGAN
|
1.
|
Jumat,
22-03-2002
Pukul:
09.00 Wita.
|
I |
S: - Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kiri mulai berkurang.
O: - Luka post op pada mata sebelah kiri tampak
bersih.
-
Skelera masih merah.
A: Masalah
teratasi sebagian.
P: Lanjutkan
intervensi 3,4.
I : Melanjutkan intervensi:
-
Mengajarkan pasien teknik
relaksasi.
-
Kolaborasi pemberian
obat-obatan aanalgetik:
-
Pondex 500 mg 1x 1 tablet.
|
|
2.
|
Jumat,
22-03-2002
Pukul:
10.30 Wita
|
II |
S: - Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kiri mulai berkurang.
O: - Luka post op pada mata sebelah kiri tampak
bersih.
-
Skelera masih merah.
A: Masalah
teratasi sebagian.
P: Lanjutkan
intervensi 1.2,3.
I : Melanjutkan intervensi:
-
Mengajarkan pasien teknik
relaksasi.
-
Kolaborasi pemberian
obat-obatan aanalgetik:
-
Pondex 500 mg 1x 1 tablet.
|
|
NO.
|
HARI/ TANGGAL
|
DIAGNOSA
|
PERKEMBANGAN
|
TANDA TANGAN
|
3.
|
Jumat,
22-03-2002
Pukul:
11.00 Wita.
|
III |
S: - Pasien mengatakan sudah mulai mengerti
tentang prosedur perawatan.
-
Pasien mulai mengerti
tentang aktifitas yang harus dihindari.
O: -
A: Masalah
teratasi.
P: Hentikan
intervensi.
I : -
E : Pasien dapat menjelaskan kembali tentang
prosedur keperawatan dan aktifitas yang harus dihindari dengan bahasanya
sendiri.
|
|
4.
|
Sabtu,
23-03-2002
Pukul:
12.00 Wita.
|
I |
S: - Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kiri sudah hilang.
O: - Luka post op pada mata sebelah kiri tampak
bersih.
-
Skelera tidak merah.
A: Masalah
teratasi.
P: Hentikan
intervensi.
I : -
E : Pasien menyatakan nyeri pada daerah mata
yang dioperasi sudah tidak ada.
|
|
NO.
|
HARI/ TANGGAL
|
DIAGNOSA
|
PERKEMBANGAN
|
TANDA TANGAN
|
5.
|
Sabtu,
23-03-2002
Pukul:
12.00 Wita.
|
II |
S: - Pasien mengatakan nyeri pada mata sebelah kiri sudah hilang.
O: - Luka post op pada mata sebelah kiri tampak
bersih.
-
Skelera tidak merah.
-
Sekret tidak ada.
A: Masalah
teratasi.
P: Hentikan
intervensi.
I : -
E : Infeksi tidak terjadi.
|
|
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking