isi dari marquee atau text berjalan Farmakologi Kamus Kesehatan

Dinsdag 05 Maart 2013

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus



LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A.    Pengertian
     Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena ada nya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik obsolut maupun relatif.(Arjatmo, 2002).
     Diabetes Melitus adalah Ketidak seimbangan suplai insulin,di tandai dengan hiperglikimia dan hipoglikimia yang berkaitan dengan abnormalitas  metabolisme karbohidran lemak dan protein.(Mansjoer, 580 : 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

      Jadi,Diabetes Melitus adalah merupakan kelainan heterogen yang di tandai dengan      kenaikan kadar gula(glukosa)darah  atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik         absolut maupun relatif

     Diabetes Melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:

IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) dari tipe I yaitu tipe ketergantungan pada insulin ,kelainan metabolisme kekurangan defisit hormon insulin sehingga insulin untuk terapi.

NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) Tipe II yang untuk terapi  tidak tergantung insulin.

B.    Etiologi

    Diabetes Melitus baik hipoglikemia maupun hiperglikemia di sebabkan karena gangguan metabolisme glukosa di dalam tubuh tidak seimbang dengan produksi hormon insulin                                     sehingga bila kekurangan insulin. Glokosa yang ada di dalam tubuh tidak dapat di proses yang akhirnya akan minimbulkan peningkatan kadar glukosa dalam darah  dan di keluarkan melalui urin.(Mansjoer 580 :2000)

C.     Patofisiologi

     Pada diabetes mellitus terjadi defesiensi insulin yang disebabkan karena hancurnya sel – sel beta pankreas karena proses outoimun. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak bisa disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah yang menimbulkan hiperglikemi. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat mengabsobsi semua sisa glukosa yang akhirnya dikeluarkan bersama urine (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebih di eksresikan kedalam urine, ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih, keadaan ini disebut diuresis osmotik.

     Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan simpanan kalori yang menimbulkan kelelahan, kegagalan pemecahan lemak dan protein meningkatkan pembentukan badan keton, merupakan produksi, disamping pemecahan lemak oleh badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbagan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.





D.    Tanda  dan Gejala

    Penyakit Diabetes Melitus ini biasa x sering tidak di sadari dan di rasakan oleh penderita serta dapt timbul secara perlahan- lahan dan dapat mengenai semua organ tubuh.
   Adapun gejala yang khas pada Diabetes melitus adalah:
·         Poliura
·         Polidipsia
·         Polipagia
·         Lemas
·         Berat badan menurun

Keluhan yang sering pada pasien DM adalah
·         Kelainan Kulit : gatal, bisul-bisul
·         Kelainan genekologis: keputihan
·         Kesemutan
·         Kelemahan tubuh
·         Luka yang tidak sembuh
·         Infeksi saluran kemih
·         Mulut kering
·         Penglihatan kabur
·         Menstruasi yang tidak teratur pada wanita
  Gajala khas tipe-tipe Diabetes melitus
1.       Diabetes melitus tipe I
·         Keluar banyak keringat (diaporesis)
·         Tremor
·         Ketakutan
·         Rasa mual dan lapar
2.       Diabetes melitus tipe II
·         Pusing
·         Pandangan kabur
·         Ketajaman mental menurun
·         Hilangnya keterampilan motorik
·         Penurunan kesadaran
·         Kejang-kejang dan koma




E.     Prognosis

    Diabetes Melitus jika tidak di tangani dengan baik maka akan mengakibatkan timbulnya kompikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, kaki, saraf dll. Gambaran komplikasi DM bergeser dari komplikasi akut seperti koma ketoasidosis dan infeksi kearah komplikasi kronik.
    Pada pasien DM resiko terjadinya penyakit jantung koroner(pjk) dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar . 50 kali lebih mudah menderita ulkus/ganggren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal dan 25 kali lebih cendrung mengalami kebutaan akibat kerusakan retina dari pada pasien non DM.

F.     Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
     1.             Diet
     2.            Latihan
     3.            Pemantauan
     4.            Terapi (jika diperlukan)
     5.            Pendidikan


·         Dengan olahraga / latihan jasmani
    Adapun efek dari berolahraga pada pasien Dm adalah perbaikan ikatan insulin dengan reseptornya dan perbaikan pada sensitivitas insulin, dan dengan berolahraga maka akan meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel jaringan lain dan dapat sekaligus menurunkan kadar glukosa dalam tubuh

·         Pengobatan dengan insulin
·         Penyuluhan tentang diabetes melitus

G.    Pemeriksaan penunjang

1.       Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang lebih dari 200 mg/dl. Biasanya tes ini di anjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.
2.       Gula Darah Puasa (FPB) normal yaitu di atas normal. Tes ini mengukur Esscihemoglobin Glikosat diatas rentang normal. Tes ini mengukur presentase gula yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup SDM. Rentang normal antara 5 – 6 %.
3.      Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosa menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsobsi glukosa dicapai. Ketonuria menendakan ketoasidosis.
4.       Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat dan menandakan ketidakadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya arterosklerosis.
(Engram, 1998; 536)

1.             Glukosa darah sewaktu
2.            Kadar glukosa darah puasa
3.            Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu
·                     Plasma vena :
·                                             <100
·                                             100 - 200 = belum pasti DM
·                                             >200 = DM
·                     Darah kapiler :
·                                             <80
·                                             80 - 100 = belum pasti DM
·                                             > 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
·                     Plasma vena :
·                                             <110>
·                                             110 - 120 = belum pasti DM
·                                             > 120 = DM
·                     Darah kapiler :
·                                             <90>
·                                             90 - 110 = belum pasti DM
·                                             > 110 = DM


H.    Komplikasi

A.      Akut

1. Koma hipoglikemi
2. Ketoasidosis
3. Koma hiperosmolar nonketotik.

B.       Kronik

1. Makroangiopati
2. Mikroangiopati
3. Neuropati diabetic
4. Rentan infeksi seperti: tuberkolusis paru, gingivitis, infeksi saluran kemih.
5. Kaki diabetic.

(Mansjoer, 1999: 582 – 583)

Pengkajian
o   Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
o   Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
o   Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
o   Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
o   Integritas Ego
Stress, ansietas
o   Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
o   Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
o   Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
o   Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
o   Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
o   Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Masalah Keperawatan
1)      Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2)      Kekurangan volume cairan
3)      Gangguan integritas kulit


Intervensi
1)      Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
o   Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
o   Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
-          Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
-          Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
-          Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
-          Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
-          Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
-          Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
-          Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
-          Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
-          Kolaborasi dengan ahli diet.
2)      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
-          Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
-          Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
-          Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
-          Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
-          Pantau masukan dan pengeluaran
-          Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
-          Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
-          Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
-          Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
-          Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
-          Kaji tanda vital
-          Kaji adanya nyeri
-          Lakukan perawatan luka
-          Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
-          Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4)      Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
-          Hindarkan lantai yang licin.
-          Gunakan bed yang rendah.
-          Orientasikan klien dengan ruangan.
-          Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
-          Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi










Daftar pustaka
Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Doenges, Marlin E, etal . 1999 . Rencana asuhan keperawatan pedoman   untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien , jakarta: EGC
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical – Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking